Bersyukur dan Berdamai dengan Hujan

Kemarin aku akhirnya menonton 99 cahaya di langit Eropa. Bagaimana sejarah Islam diceritakan. Yang paling bikin kagum, cara pengambilan gambar gedung-gedung dan bangunan yang jadi simbol peradaban Islam dan agama lain di Eropa. Bikin merinding. Bikin bermimpi suatu saat bisa kesana. Kamu tau? Ternyata setelah itu, hujan turun dengan derasnya. Aku yang tadinya hendak shalat Dhuzur, mengurungkan niat dan segera pulang. Biasanya aku marah sekali dengan hujan. Ia kadang mengacaukan rencanaku. Tapi siang itu, entah kenapa aku sama sekali tidak merutuki hujan. Bahkan bajukupun basah kuyup meski sudah memakai jas hujan. Siang itu menjadi siang aku menerima dan belajar bersyukur karena hujan. Merutuki dan marah hanya akan membuat hati semakin panas. Saat itu aku mulai berdamai dengan segala curahan air. Baju basah, hingga beberapa kali “tersemprot genangan air oleh mobil yang melintas. Tapi entah kenapa hati ini benar-benar ingin berdamai dengan hujan. Perjalanan pulang yang saat siang cukup terik membuat pusing dan kadang selalu membuat macet, kali itu saat hujan turun, perjalanan begitu ringan. Sangat ringan. Pulang kerumah tanpa terburu-buru memang membuat siapapun lebih tenang.  Biasanya, jika hujan tiba, aku pulang dengan terburu-buru, keadaan yang basah semakin membuatku panas dan emosi yang tak jelas.
Tapi siang itu entah siapa yang memulai, aku sungguh bisa berdamai dengan hujan. Aku tak ingin hujan semakin merusak hari senin ku. Hari dimana aku menghabiskan waktu sendiri di Mall terbesar di Jogja, seperti yang sudah sering kulakukan. Bedanya, langkah itu terasa lebih enteng, ringan. Aku mencoba untuk melepaskan semua beban. Kemudian berdamai dengan hujan. Seolah-olah hujan ingin memelukmu dan mengatakan jika kamu tak sendiri. Akan selalu ada hujan, dan panas matahari yang akan menemani kamu melangkah, menjejak hari. Mungkin harusnya dari dulu aku melakaukan itu, tapi mungkin aku tidak sadar.
Hujan siang itu menyadarkan ku betapa banyak sekali nikmat Tuhan yang kadang kurang ku syukuri. Bersyukur, ikhlas dan sabar adalah kata yang mudah sekali terucap. Tapi, kadang sulit kita jalani.

Bersykurlah karena kamu punya rumah, karena disana, ada ribuaan orang kehilangan tempat tinggal.
Bersyukurlah karena kamu masih memiliki keluarga (meski tidak sempurna), diluar sana ada ratusan anak yang dari lahir tak pernah tau siapa orang tuanya dan selalu rindu dekapan mereka.
                                                                                                            
Bersyukurlah karena hari ulang tahunmu selalu bisa dirayakan. Ada ratusan orang bahkan sama sekali tak pernah merayakan ulang tahunnya selama hidupnya.

Bersyukurlah kamu meski sekali seumur hidup mendapat kue ulang tahun sederhana, karena ada orang yang jauh diluar sana yang mungkin bahkan tak pernah memakan kue dan mendapat kue di hari ulang tahunnya.

Bersyukurlah kamu bisa memiliki satu sahabat terbaik. Karena ada orang yang bahkan tak mengerti apa itu arti sahabat.

Bersyukurlah kamu masih memiliki banyak waktu bertemu sahabat dan keluarga, karena jauh di sana ada yang tidak bisa lagi bertemu sahabat dan keluarga mereka. Bersyukurlah dengan waktu yang kamu punya sekarang. Besyukurlah dengan waktu dan kesempatan berharga bertemu dengan sahabat dan keluarga.

Bersyukurlah kamu karena bisa pergi menonton film di bioskop, karena banyak orang jauh di sana yang bahkan tidak pernah menginjakkan kaki di bioskop.

Bersyukurlah kamu karena sudah menempuh pendidikan tertinggi, karena ada jutaan anak jauh disana tidak mendapat pendidikan layak, tidak dapat bersekolah.

Bersykurlah kamu tinggal di negara ini. Diluar sana ada orang yang selalu mengingkan negaranya bisa seperti ini.


Liatlah kebawah saat kita selalu iri jika melihat keatas. Dengan melihat kebawah, kita akan lebih besyukur dengan apa sudah kita miliki sekarang. Bersyukur dengan selalu melihat ke bawah, bahwa masih banyak orang yang ingin berada ditempat kita. Betapa beruntungnya kita.  

Komentar