Pencarian Identitas Diri

Lama gak buka blog heran, jadi ini yaa tampilan barunya hahaa.
Kalo ngeliat judul diatas mungkin terdengar ahh simpel, gampang, dan omongan lain. Tapi jujur, bagi aku sendiri, hal ini dapat dikatakan sebagai fase tersulit, mungkin bagi sebagian orang yang udah kenal aku dari lama pasti akan tau, gimana dulu aku dan sekarang. Bagaimana identitasi itu akhirnya berubah. Untuk yang mengenalku cukup dekat mereka akan berkata wow, sekarang kamu gini yaa? Lama gak ketemu. Mungkin yang belum mengenalku cukup dekat akan heran atau malah biasa aja. Entah lah. Ya aku orang yang introvert cenderung tertutup. Aku terlalu takut menerima perkenalan baru, terbuka, dan pada akhirnya aku yang harus tersakiti :(. Ya, aku bahkan sudah sangat hafal kisah ini. Makanya aku enggan untuk mau terbuka apa yang aku inginkan dan aku rasakan. Masa sekolah sudah banyak memberiku pelajaran bahwa menemukan sahabat yang mau menerima kamu apa adanya itu tidak mudah. Mungkin perlu adanya rasa sakit, penghianatan baru "kado" itu ada. Ia hadir bagai lilin yang akan menerangi jalanmu. Ia hadir dalam setiap tetes matamu. Ia rengkuh segala rindu dan kecewa yang melebur.

Di usia yang bisa dibilang bukan lagi seorang bocah, aku masih saja labil, tidak terkontrol. Aku kesepian. Tapi aku tidak tau siapa yang bisa menemani? Aku bingung. Kadang aku iri dengan sahabat yang selalu bersama. Apapun mereka habiskan bersama setiap hari. Tak ada jarak diantara mereka. Tapi aku? Lagi-lagi aku sendiri. Kuliah, pulang ke rumah, tugas, kuliah. aku tidak punya yang seperti mereka. Apakah aku tidak punya sahabat? mungkin belum.

April, bulan dimana semua itu berawal. April selalu aku tunggu seperti tahun lalu. Entah bagaimana awalnya, tapi April selalu menyimpan segala kejutan. Seperti April kemarin. Championship Series. Totalitas dan bangga. Berjumpa dengan teman baru, kakak, Keluarga. Seperti takdir semesta yang akhirnya mempertemukan insan keluarga yang tidak pernah berjumpa, akhinya dipertemukan oleh olahraga yang tidak mungkin terbayangkan sebelumnya jika aku begitu bersemangat. Ya Basket. Aku yang masa sekolah sama sekali tidak menyukai pelajaran olahraga, sekarang justru sangat gila, maniak dan apapun itu istilahnya. Seminggu aku menonton tanpa pernah absen. GOR seperti rumah kedua. Di tempat itu semua cerita menjadi memori yang tak kan pernah ku lupakan. Tidak peduli dengan keluarga yang memandang sebelah mata kelakuanku, bagaimana aku selalu pulang malam, hampir jam setengah 12, menunggu di sebelah Bus CLS. Mereka tidak tau apa yang aku rasakan. Aku bener-bener merasa menjadi AKU. Aku merasa bebas. Aku berlari menuju pintu masuk. Aku bersorak dalam GOR. Euforia yang tidak ada bandingnya jika kamu hanya melihat dari layar datar. Kamu hanya akan mengganggu jika kamu berteriak-teriak dalam rumah yang tidak ada yang mendukungmu. Jadi apa salah jika aku berteriak-teriak dalam GOR besama ribuan manusia yang tidak peduli siapa kamu, tapi kita seperti keluarga? Claudia. Siswa kelas 2 SMA. Kita pertama kali bertemu di Nobar CLS yang diadakan secara random (maap) tapi itu tidak seperti yang aku bayangkan. Sejak saat pertemuan itu hingga sekarang, entah kenapa aku menemukan AKU. Rasa nyaman itu ada. Rasa saling memiliki. Ya tanpa perlu adanya tali, terlah terjalin adanya ikatan. Teman. Ia terima semua ketidakwarasanku. Hahahaa aku tidak mau buru-buru menyimpulkan ia sahabat, itu terlalu dini. Basket pula yang akhirnya mendekatkan dua teman lama semasa sekolah. Teman sebangku yang berbagi contekan, berbagi tugas sekolah. Indahnya masa SMP. Intan. Meski kita sudah terjalin dalam Facebook, Twiiter, bahkan BBM, tapi baru sebulan terakhir ini kami kembali dekat. Sebelumnya hanya sambil lalu. Tidak pernah seintens ini. Ya Olahraga ini benar mendekatkan yang tadinya jauh, dan menjauhkan yang dekat. Tapi aku menemukan AKU. Metaforfosis dari seorang yang kuper, nerd, payah, bego, pemalu. Sekarang seperti liar, bebas, tidak peduli, cerewet, gila, kadang tidak waras. Semua hal yang dulu yang tidak pernah terbayang, sekarang menjadi bagian dalam diriku. Masih ada kesan tertutup, msiterius, tapi sulit terbaca.

Kakak, aku ingin ada sosok itu. Sosok yang memberikan aku arah, sosok yang akan melindungi, sosok yang menyayangi. Tapi aku anak sulung. Aku bahkan tidak punya sifat sebagai seorang kakak yang baik. Sosok itu hadir dalam pemain basket, terlalu berlebihan memang, tapi saat mereka akhirnya harus pulang, ada satu perasaan yang tertinggal, ada satu bagian yang hilang. Aku rindu teriak-teriak dalam GOR. Aku rindu merka. Bahkan seseorang yang baru kamu kenal, baru kamu temui, dapat memberikan kesan yang dalam. Seperti kata pepatah yang aku baca di twet hari ini, "terkadang mereka yang baru kamu kenal mampu menjadi bagian terpenting dalam hidupmu. Daripada mereka yang telah lama kamu kenal.

See you, sampai jumpa diceritaku selanjutnya.,



Komentar