Some Where Only We Know

Tadi pagi baru aja menamatkan salah satu Novel yang diperoleh dari perjuangan Pre Order -udah semacam Pre Order tiket konser-. Novel ke dua, ralat : novel fiksi pertama @aMrazing.. Sejujurnya gue lebih suka novel non-fiksi TNSLOA. Hehehee.

Okeee fokus.... Fokus....
Sebenernya ekspektasi gue ke novel ini terlalu tinggi. Gue pengen bagian Hava ketemu Kenzo bisa lebih dramatis lagi. Minimal pada akhirnya Kenzo atau Hava meminta maaf. Kenzo karena dia udah sempat ga percaya. Hava karena dia udah membiarkan Kenzo nunggu terlalu lama. Mungkin ini terlalu sentimentil karena gue cewek. Hahahaaa

Gue pikir kata - kata "Kampret" gak banyak muncul. Ternyata gue salah. Jujur aja kata-kata malah menurut gue ganggu. Makian dan omelan Ririn juga kadang terlalu lebay. (Tapi mungkin emang sengaja dibuat lebay).
Pas bagian Arik cerita tentang dongeng, sengaja aku lewatin. Karena emang gak terlalu suka dongeng yang absurd apalagi dongeng ala putri-pangeran. Klise.
Hubungan Ririn ma Arik terlalu lempeng. Gak ada masalah yang berarti. Hubungannya terlalu sempurna.

Yang gue suka adalah penokohan Kenzo. Mungkin karena sama-sama Introvert. Bedanya, gue gak mungkin ketawa-tawa kaya dentang bel gereja yang rusak, disaat lagi menyimpan masalah.

Penggambaran setting dan detail karakter fisik bisa dibilang kerenlah. Bisa bikin imajinasi gimana Viet Nam dan Paris buat gue yang belum pernah kesana. Pas scene Kenzo di Gereja di Paris, berhubung ga pernah masuk gereja, imajinasi gue salah satu gereja kayak di Angels and Demons, Padahal kan itu di Italia. Hahahaaa.

Tapi over all dari keseluruhan cerita yang diambil dari kisah nyata, atau terinspirasi dari kisah orang lain, novel ini gue kasih jempol deh. Keren!

Gue gak tau gimana cara review yang baik dan benar jadi cuma sedikit ini yang bisa gue tulis/catat.

Sukses terus koh jadi storyteller.... :)

Komentar